Sejarah Desa


Menurut penuturan para orang tua terdahulu serta tokoh-tokoh masyarakat yang dapat dipercaya, bahwa zaman dahulu pada prinsipnya tumbuh dan terbentuk wilayah ini merupakan pemekaran dari Kerajaan Bentan yang mana dizaman itu dikerajaan Bentan dibawah kekuasaan Raja Bujuk, yang terpecah setelah adanya Perang Kopak  yang mana raja-raja Bentan menjadi pecah belah untuk memperpanjang keturunan dan kedudukan. Maka ada beberapa pewaris Bentan yang membagi wilayah mereka agar dapat dipimpin oleh masing-masing pewaris, yang terpecah menjadi 4 (Empat) wilayah antara lain :

  1. Bentan Bukit Batu yang dikenal dengan nama Bintan Buyu pada zaman sekarang ini.
  2. Bentan Penao yang dipimpin oleh Panglima Bodoh yang kita kenal sekarang ini adalah Desa Penaga
  3. Wilayah Daek / Daek
  4. Wilayah Siak /Siak


 Wilayah Bintan Penao di pimpin oleh pewaris dengan nama Panglima Bodoh yang pada tahun 1927 dibuktikan dengan makam Datok Penao yang dikenal oleh Masyarakat Desa Penaga dan juga warisan adat turun temurun hingga sekarang yaitu Cincin Padi Buah Emas yang sekarang digunakan masyarakat desa penaga, khususnya dipakai untuk upacara adat yaitu Tepuk Tepung Tawar pada acara perkawinan anak Bentan dan juga Gunting Jambul anak-anak Desa Penaga pada umumnya. Selain itu juga ada pusaka lainnya seperti Pedang Sekati Mune yang digunakan pada acara pernikahan anak-anaknya dan juga masih ada lagi yang lainnya seperti Baju Kurung. Setelah beliau wafat pada tahun 1827 maka untuk meneruskan kepemimpinan Bentan penao ini diwariskan pada ahli waris Bentan Penao yang terdiri dari waris delapan maka untuk meneruskan kepemimpinan yang teratur, aman dan sejahtera pewaris delapan sepakat mengangkat pemimpin wilayah yang bernama Datok Kaye setelah sekian lama para pewaris delapan meneruskan roda pemerintahan dengan sistem adat yang kental, maka mengingat zaman semakin berubah setelah datangnya penjajah purtugis, belanda dan jepang maka untuk memimpin roda pemerintahan yang sudah ada maka pada tahun 1929-1931 ditunjuklah kepala  wilayah Bintan Penao dengan nama Datok Kaye yang dipimpin oleh Muhamad Daem atau Datok Kaye I setelah berjalan 3 (tiga) tahun maka masyarakat Penaga banyak berpindah-pindah tempat sehingga terbentuklah satu kampung dipesisir pantai yang banyak didiami oleh Masyarakat Penao yang dikenal dengan Pantai Penaga, yang dipantainya terdapat bukit yang dikenal dengan nama Bukit Penaga, Adapun nama Penaga itu sendiri berasal dari nama sebuah pohon yang bernama Penaga yang telah tumbuh dan hidup di ujung tanjung sekitar pantai tersebut. Hal ini dilakukan oleh masyarakat sebagai cara atau strategi untuk menghilangkan jejak keturunan Raja Bentan yang banyak dicari-cari oleh penjajah Portugis dan Belanda maka masyarakat Bentan Penao sepakat merubah nama Bentan Penao dengan nama Penaga semenjak itu maka masyarakat Bentan Penao berubah menjadi Desa Penaga. Dengan itu juga masyarakat Penaga jarang sekali dan bahkan tidak sama sekali mengunakan nama Raja dan Tengku tetapi mereka tetap mempercayai pantang larang dan bahkan menyimpan pusaka yang telah diwariskan turun temurun hingga sekarang ini.

Setelah 1929-1931 maka pada tahun 1931-1935 dilantiklah Datok Jahaye atau Datok Kaye II yang tinggal dibatoh dan setelah Datok Jahaye pada tahun 1935 sampai tahun 1940 pada zaman jepang maka nama Datok Kaye dirubah menjadi Penghulu yang mana kepemimpinannya dipimpin oleh Datok Danggeng (Den) yang kedudukannya di penaga dan seterusnya dan zaman menjelang kemerdekaan sitem kehidupan masyarakat mulai membaik dan perkembangan wilayah sedikit maju, dan sedikit demi sedikit masyarakat mulai menata tanah pertanian sehingga melebar kesuatu tempat yang dikenal dengan nama Tanjung Pisau. 

      Kemudian pada tahun 1947 sampai 1957 masyarakat Desa Penaga sepakat menetapkan wilayah  Tanjung Pisau menjadi pusat desa dengan nama Desa Penaga  yang dipimpin oleh Abdur Rachman. Setelah Abdur Rahman memimpin selama 10 tahun maka diganti lagi dengan penghulu dengan nama  Muhamad AR pada tahun 1957 sampai dengan tahun 1991 setelah Muhamad AR memimpin selama 34 tahun seiring perkembangan sistem pemerintahan maka nama penghulu diganti dengan nama Kepala Desa  yang dipimpin oleh Muhamad Sahar , Muhamad Sahar memimpin dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1993 selanjutnya Muhamad Sahar diganti lagi dengan PLT Kepala Desa yang ditunjuk langsung oleh Camat Galang yang bernama Raja Abdillah yang memimpin dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1995 dan selanjutnya diganti lagi dengan PLT Kepala Desa dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1996 dengan nama Idris M dan setelah tahun 1996 Idris M sekaligus memimpin dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2007 dan selama 13 tahun memimpin, Idris M diganti lagi dengan Kepala Desa yang bernama Hamdan yang memimpin dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2017 dan kemudian dilanjutkan oleh PLT Kepala Desa yang ditunjuk langsung oleh Bupati Bintan yang bernama DODDY S.Sos yang memimpin dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018  dan pada tahun 2018 dilakukan pemilihan Kepala Desa oleh masyarakat Penaga, maka dari hasil pemilihan tersebut terpilihlah Kepala Desa baru yang bernama HAMRUDIN, beliau mulai memimpin di tahun 2019 hingga saat ini.

Potensi Desa


Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book.

It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form, by injected humour, or randomised words which don't look even slightly believable. If you are going to use a passage of Lorem Ipsum, you need to be sure there isn't anything embarrassing hidden in the middle of text.